MAKALAH
Agama Hindu
( Yadnya)
DI SUSUN OLEH:
FAKULTAS
EKONOMI Prodi Akutansi (
A )
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
LUWUK
Tahun
Akademik 2014 / 2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
rahmat dan karunianya
lah, maka pada
akhirnya penulis bisa
menyelesaikan tugas berbentuk
makalah ini.
Tidaklupa juga penulis
mengucapkan terima kasih
kepada guru pembimbing
khususnyayangberkaitan
dengan tugas ini,
yakni IbuJilati Emba S.pd M.pdkarena berkat
beliaulah maka kini
tugas ini dapat
terselesaikan, tak lupa juga
penulis ucapkan terima kasih kepada teman – teman yang telah membantu kami dalam
menyukseskan terbentuknya makalah ini, dan teristimewa buat orang tua kami yang
telah memberikan semangat, doa, membantu kami secara finansial dan kepada pihak
– pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu – persatu.
Penulis sadarMakalah ini
jauh dari kesempurnaan.
Kritik dan saran
yang membangun sangat
penulis harapkan demi
kinerja yang lebih
baik kedepannya.
Januari, 2015
Penulis
Yadnya
|
1.
Pengertian
Secara etimologi kata yadnya
berasal dari bahasa sansekerta dari urat kata yaj yang berarti memuja atau
melakukan pengorbanan .Dari kata yaj timbul beberapa kata, antara lain :
yajus,yajna, dan yajamana. Kata yajna sendiri berarti korban suci , sedangkan yajus
artinya aturan-aturan tentang yajna . Yajamana artinya orang yang melaksanan
yajna . Jadi pengertian yajna(yadnya) adalah korban suci yang tulus ikhlas
tanpa pamrih untuk kepentingan umat manusia dan alam sekitarnya.Pelaksanaan
Yadnya bukan hanya sebagai tanda kehidupan beragama.Kitab Atharwa weda
menjelaskan sebagai berikut :
“Satyam
brhad rtam ugram ,diksa tap brahma yadnyah prthiwim dharayanti,sa no bhutasya
asya patyanyurumlokam”. (Atharwa
weda,XII.1)
Artinya:
Kebenaran
hokum yang agung, yang kokoh dan suci ,tapa, bratha,do’a dan yandnya inilah
yang menegakkan bumi ,semoga bumi ini sepanjang masa memberikan tempat
melegakan bagi kami.
Demikianlah
kitab Atharwa Weda menjelaskan ,bahwa Yadnya adalah salah satu pilar penyangga
tegaknya kehidupan di dunia ini.Kitab Bhagawadgita juga memberikan petunjuk
tentang yadnya kepada kita , sebagai berikut :
“Sahayajnah prajah srshtva puro vacha
prajapatih , anena prasavisyadhvam esa vo stvistakhamadhuk”. (Bhagawadgita,III.10)
Artinya:
Pada
jaman dahulu kala Prajapati(Tuhan) menciptakan manusia dengan yadnya dan
bersabda; dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamadhuk dari
keinginanmu.
Tuhan
Yang Maha Esa telah menciptakan manusia berdasarkan yadnya, dan dengan yadnya
pulalah manusia hendaknya mengembangkan serta memelihara kehidupannya.
2.
Tujuan Yadnya
Tujuan yadnya adalah sebagai berikut:
A.
Untuk
Mengamalkan Ajaran Weda.
Weda
adlah sumber ajaran agam Hindu .Sebagai sumber ajaran,didalam Weda-lah seluruh
praktik ajaran agama Hindu tersirat dan tersurat.
B.
Untuk
Meningkatkan Kualitas Diri.
Dalam
ajaran agama ada ajaran pengendalian diri , manusia perlu mengendalikan
pikirannya agar dapat dengan baik mencapai harapan hidupnya.Dri sisi
peningkatan diri,yadnya pada hakekatnya merupakan pengorbanan suci yang
bertujuan mengurangi rasa egois manusia
C.
Untuk
Penyucian.
Beryadnya
merupakan salah satu upaya untuk mengamalkan ajaran agama jnanam phalam.Setiap
saat bila akan melaksanakan upacara baik bersifat kecilmaupun besar ,sebelumnya
mesti didahului dengan melaksanakan penyucian diri dan lingkungan sekitarnya
D.
Untuk
Dijadikan Sarana Berhubungan Dengan Tuhan.
Umat
yang melaksanakan yadnya juga melakukan yoga,yaiutu pemusatan pikiran kehadapan
Tuhan dan pengendalian diri secara utuh
E.
Untuk
Mencetuskan Rasa Terima Kasih.
Berterima
kasih merupakan salah satu kewajiban kita hidup menjadi manusia .Dapat
menyatakan rasa syukur baik melalui pikiran,ucapan,maupun prilaku merupakan
sebuah yadnya.
Panca
Yadnya adalah lima jenis karya suci yang diselenggarakan oleh umat Hindu di
dalam usaha mencapai kesempurnaan hidup. Adapun Panca Yadnya atau Panca Maha
Yadnya tersebut terdiri dari:
a.
Dewa Yadnya.
Ialah suatu korban suci/ persembahan suci kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan seluruh manifestasi- Nya yang terdiri dari Dewa Brahma selaku Maha Pencipta, Dewa Wisnu selaku Maha Pemelihara dan Dewa Siwa selaku Maha Pralina (pengembali kepada asalnya) dengan mengadakan serta melaksanakan persembahyangan Tri Sandhya (bersembahyang tiga kali dalam sehari) serta Muspa (kebaktian dan pemujaan di tempat- tempat suci). Korban suci tersebut dilaksanakan pada hari- hari suci, hari peringatan (Rerahinan), hari ulang tahun (Pawedalan) ataupun hari- hari raya lainnya seperti: Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Raya Saraswati, Hari Raya Nyepi dan lain- lain.
Ialah suatu korban suci/ persembahan suci kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan seluruh manifestasi- Nya yang terdiri dari Dewa Brahma selaku Maha Pencipta, Dewa Wisnu selaku Maha Pemelihara dan Dewa Siwa selaku Maha Pralina (pengembali kepada asalnya) dengan mengadakan serta melaksanakan persembahyangan Tri Sandhya (bersembahyang tiga kali dalam sehari) serta Muspa (kebaktian dan pemujaan di tempat- tempat suci). Korban suci tersebut dilaksanakan pada hari- hari suci, hari peringatan (Rerahinan), hari ulang tahun (Pawedalan) ataupun hari- hari raya lainnya seperti: Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Raya Saraswati, Hari Raya Nyepi dan lain- lain.
- Resi
Yadnya.
Adalah suatu Upacara Yadnya berupa karya suci keagamaan yang ditujukan kepada para Maha Resi, orang- orang suci, Resi, Pinandita, Guru yang di dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam bentuk:
- Penobatan calon sulinggih menjadi sulinggih yang disebut Upacara Diksa.
- Membangun tempat- tempat pemujaan untuk Sulinggih.
- Menghaturkan/ memberikan punia pada saat- saat tertentu kepada Sulinggih.
- Mentaati, menghayati, dan mengamalkan ajaran- ajaran para Sulinggih.
- Membantu pendidikan agama di dalam menggiatkan pendidikan budi pekerti luhur, membina, dan mengembangkan ajaran agama.
- Pitra
Yadnya.
lalah suatu korban suci/ persembahan suci yang ditujukan kepada Roh- roh suci dan Leluhur (pitra) dengan menghormati dan mengenang jasanya dengan menyelenggarakan upacara Jenasah (Sawa Wedana) sejak tahap permulaan sampai tahap terakhir yang
disebut Atma Wedana.
Adapun tujuan dari pelaksanaan Pitra Yadnya ini adalah demi pengabdian dan bakti yang tulus ikhlas, mengangkat serta menyempurnakan kedudukan arwah leluhur di alam surga. Memperhatikan kepentingan orang tua dengan jalan mewujudkan rasa bakti, memberikan sesuatu yang baik dan layak, menghormati serta merawat hidup di harituanya juga termasuk pelaksanaan Yadnya. Hal tersebut dilaksanakan atas kesadaran bahwa sebagai keturunannya ia telah berhutang kepada orangtuanya (leluhur) seperti:
- Kita berhutang badan yang disebut dengan istilah Sarirakrit.
- Kita berhutang budi yang disebut dengan istilah Anadatha.
- Kita berhutang jiwa yang disebut dengan istilah Pranadatha.
- Manusia Yadnya.
Adalah suatu korban suci/ pengorbanan suci demi kesempurnaan hidup manusia.
Di dalam pelaksanaannya dapat berupa Upacara Yadnya ataupun selamatan, di antaranya ialah:
- Upacara selamatan (Jatasamskara/ Nyambutin) guna menyambut bayi yang baru lahir.
- Upacara selamatan (nelubulanin) untuk bayi (anak) yang baru berumur 3 bulan (105 hari).
- Upacara selamatan setelah anak berumur 6 bulan (oton/ weton).
- Upacara perkawinan (Wiwaha) yang disebut dengan istilah Abyakala/ Citra Wiwaha/ Widhi-Widhana.
Di dalam menyelenggarakan segala usaha serta kegiatan- kegiatan spiritual tersebut masih ada lagi kegiatan dalam bentuk yang lebih nyata demi kemajuan dan kebahagiaan hidup si anak di dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan lain- lain guna persiapan menempuh kehidupan bermasyarakat. Juga usaha di dalam memberikan pertolongan dan menghormati sesama manusia mulai dari tata cara menerima tamu (athiti krama), memberikan pertolongan kepada sesama yang sedang menderita (Maitri) yang diselenggarakan dengan tulus ikhlas adalah termasuk Manusa Yadnya.
e.
Bhuta Yadnya.
Adalah suatu korban suci/ pengorbanan suci kepada sarwa bhuta yaitu makhluk- makhluk rendahan, baik yang terlihat (sekala) ataupun yang tak terlihat (niskala), hewan (binatang), tumbuh- tumbuhan, dan berbagai jenis makhluk lain yang merupakan ciptaan Sang Hyang Widhi Wasa.
Adapun pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya ini dapat berupa: Upacara Yadnya (korban suci) yang ditujukan kepada makhluk yang kelihatan/ alam semesta, yang disebut dengan istilah Mecaru atau Tawur Agung, dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan, kelestarian antara jagat raya ini dengan diri kita yaitu keseimbangan antara makrokosmos dengan mikrokosmos.
Adalah suatu korban suci/ pengorbanan suci kepada sarwa bhuta yaitu makhluk- makhluk rendahan, baik yang terlihat (sekala) ataupun yang tak terlihat (niskala), hewan (binatang), tumbuh- tumbuhan, dan berbagai jenis makhluk lain yang merupakan ciptaan Sang Hyang Widhi Wasa.
Adapun pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya ini dapat berupa: Upacara Yadnya (korban suci) yang ditujukan kepada makhluk yang kelihatan/ alam semesta, yang disebut dengan istilah Mecaru atau Tawur Agung, dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan, kelestarian antara jagat raya ini dengan diri kita yaitu keseimbangan antara makrokosmos dengan mikrokosmos.
4. Mengaplikasikan Nilai Yadnya dalam
Kehidupan Nyata dan Kehidupan Bermasyarakat
Dalam
melaksanakan Yadnya diperlukan suatu pengorbanan baik itu pengorbanan diri
sendiri maupun menyangkut orang lain .Ajaran etika dan moral yang dapat kita
petik dari pelaksanaan Yadnya adalah Yadnya mendidik umat manusia untuk
melaksanakan pekerjaan dengan tulus ikhlas ,dan pekerjaan yang dilakukan
diabdikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.Jadi hal ini akan mengurangi rasa
nresangsia ( mementingkan diri sendiri ) dan egoism.Selain mengandung nilai
etika dan moral yang tinggi ,Yadnya juga menuntut umat manusia untuk memahami
hakekat dirinya , merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Contoh : Bila salah satu darai karma itu melaksanakan upacara yadnya di mana
hari dan waktunya sudah dipastikanoleh yang bersangkutan , maka karma yang
bersangkutan mengundang kepada karma yang lainnya untuk ikut hadir
menyelesaikan rangkaian upacara yadnya yang dilaksanakan.Menghadiri undangan
dan memperlakukan tamu undangan dengan sopan merupakan perwujudan nilai sosial
yang hidup dan berkembang pada desa pakraman yang bersangkutan.Demikianlah pada
hakikatnya sebuah yadnya terkandung banyak nilai luhur dan apabila kita mampu
memaknai dan melaksanakan maka moksartham jagadhita(sejahtera di dunia dan di
akhirat) yang kita cita-citakan akan tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar